Sistem Pendidikan di Jepang
Sistem pendidikan di Jepang? Jepang, sebagai salah satu negara maju mempunyai rahasia bagaimana mereka dapat jadi sekarang, dengan salah satunya pendidikan mereka. Pendidikan di Jepang mengalami peristiwa yang benar-benar panjang di mana mereka awalnya ikuti pola pendidikan di China, layaknya confuciasnism yang sejalan pada waktunya menyebarnya agama Budha di Jepang.
Lama – kelamaan, dengan mulainya kontak dengan dunia barat pada abad ke enambelas hingga tujuh belas awal yang dibawa oleh para missionaris maka mereka mulai menengal agama kristiani dan termasuk pelajaran-pelajaran yang baru layaknya bhs dunia barat atau pelajaran musik klasik barat. Namun, pada saat itu cuma beberapa yang dapat membaca dan tulis. Perkembangan terus bergerak hingga era Edo di mana para masyarakat yang tersedia kebanyakan udah dapat menulis dan membaca gara-gara meningkatnya literasi, pembelajaran ideology, dan kedisiplinan yang ada, yang pada era Meiji, Jepang udah jadi era yang lumayan modern pada jamannya.
Di era kependudukan Sekutu, pendidikan Jepang pun tambah berkembang dengan timbulnya institusi tinggi layaknya universitas. Yang sesudah berakhirnya kependudukan Sekutu, jepang pun mulai mengadaptasi langkah studi dari Perang Dunia II ini yang benar-benar berhasil efeknya bagi masyarakat Jepang hingga sekarang.
Hal itu termasuk sama pada kaum wanita di Jepang, dahulu para wanita diharuskan memelihara rumah dan keluarga saja saat pria bekerja keras dan dapat mendapatkan pendidikan tinggi, namun pertumbuhan untuk seorang wanita dapat menaikan derajatnya sama dengan pria mulai terlihat saat era Sengoku di mana para wanita kudu dapat mempertahankan negara dan keluarganya kalau sang pria udah wafat di dalam peperangan atau ketika berperang, hal ini terinspirasi dari Genji Monogatari yang ditulis oleh Murasaki Shikibu yang di mana sifat wanitanya adalah sifat wanita berpendidikan tinggi.
Perkembangan Pendidikan di Jepang
Nah, pendidikan di Jepang sendiri terdiri TK, SD, SMP, SMA, Sekolah kejuruan, Perguruan tinggi teknologi, akademi pelatihan khusus, perguruan tinggi junior dan universitas sendiri yang mana mereka punyai peran dan fungsinya masing-masing sesuai pilihan para siswa yang menginginkan menambah kebolehan mereka dengan jenjang-jenjang saat yang udah ditentukan dan diawasi oleh Monbukagakusho yaitu lembaga pemerintah yang terjalin dengan pendidikan yang termasuk dikenal dengan nama MEXT atau Ministry of Education, Culture, Sports, Science, dan Technolgy. Secara umum, saat pendidikan di Jepang sendiri adalah pendidikan selama 12 tahun yaitu hingga jenjang SMA namun banyak sekali siswa yang melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat tinggi atau universitas selama empat tahun hingga tujuh tahun bagi mereka yang kuliah di jurusan kedokteran .
6-3-3-4 adalah hal yang lazim yang terjadi di Jepang yang mana mereka menganyam pendidikan selama 6 tahun di sekolah dasar, 3 tahun di sekolah menengah, 3 tahun di sekolah menengah atas, dan 4 tahun di univeristas yang selanjutnya mereka bakal mengawali mencari kerja sesuai keahlian yang mereka miliki.
Sistem pendidikan Jepang benar-benar tidak serupa dengan sistem pendidikan yang tersedia di Indonesia sendiri yang mana kita dapat patut contoh.
1. Pendidikan dari dini
Dari mereka kecil, anak diajarkan sopan santun dibandingkan ilmu pengtahuan. Indonesia sendiri dari kecil benar-benar diajarkan ilmu ilmu untuk ke depannya yang benar-benar berpengaruh pada era depan anak itu sendiri yang kadangkala sopan santun mereka tetap berkembang. Di Jepang sendiri, siswa tidak bakal ikuti ujian hingga mereka meraih kelas empat SD. Yang mana orang Jepang sendiri percaya bahwa umur anak kecil itu bakal lebih penting diajarkan sopan santun dan pendidikan sifat mereka sehingga mereka punyai akhlak baik yang pendidikan ini terus berkembang hingga mereka dewasa.
2. Sistem tahun akademik
Di Jepang, mereka bakal mengawali tahun akademik mereka di bulan September atau Oktober yang mana jadwal tahun akademik mereka bakal dibagi jadi 3 anggota yaitu 1 April – 20 Juli, 1 September – 26 Desember, dan 7 Januari – 25 Maret, yang mana siswa bakal mendapatkan libur selama 6 minggu di musim panas dan istirahat selama 2 minggu di musim dingin dan semi. Dan yang paling indah adalah ketika masuk tahun akademik saat April yang mana sakura tengah bermekaran pada musimnya!
3. Kebersihan adalah tanggung jawab bersama
Di Jepang sendiri, kebersihan sekolah atau sekolah tinggi sekali pun jadi tanggung jawab dengan di mana mereka bersihkan kelas hingga toilet secara bersama-sama yang memicu mereka dapat bersosialisasi kepada sesamanya sekaligus edukatif sifat mereka, yang rutinitas ini udah ditanamkan dari kecil
4. Tingkat Kehadiran yang tinggi
Tingkat kehadiran yang tinggi di Jepang memang merupakan salah satu hal yang benar-benar biasa namun kudu kita contoh. Para siswa di Jepang sendiri benar-benar menghargai tinggi pendidikan dan pengajaran yang tersedia gara-gara itu bakal bermanfaat untuk pendidikan mereka ke depannya.
5. Tes yang pilih era depan
Persaingan seseorang untuk memasuki sekolah atau universitas sangatlah tinggi dan merupakan hal yang lumrah di Jepang rela pun Indonesia ini, yang mana mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi di sekolah tinggi atau universitas yang mereka menginginkan gara-gara itu benar-benar berpengaruh pada era depan mereka yang mereka hingga studi keras untuk mendapatkannya.
6. Fasiltas Pembelajaran yang mencukupi kebutuhan
Sekolah di Jepang, benar-benar menunjang para siswanya mengasah kebolehan mereka baik itu secara akademik maupun non-akademik yang mana diadakannya bukatsu atau ekstrakulikuler dan juga diadakan layanan yang menunjang layaknya olahraga dengan alat perlengkapannya, contohnya baseball dengan lapangan dan alatnya, basket dengan lapangan basket yang lumayan terawat dengan alat-alat mendukung. Atau pun, ekstrakulikuler music atau pelajaran music yang disajikan piano, rekoder, dan alat music lainnya yang mengimbuhkan kesempatan untuk belajar.
7. Persamaan derajat
Persamaan derajat pada sesama. Di Jepang pun hal ini benar-benar ditekan keras, di mana seseorang yang nilainya jatuh sama sekali diangkat dan dibantu untuk maju dengan gara-gara mereka semua menganggap mereka adalah keluarga dan saudara biarpun tidak satu darah.
8. Kemandirian yang tinggi
Dari kecil anak-anak sekolah dasar bahkan tingkat TK diajarkan untuk pergi ke sekolah sendiri tanpa adanya was-was gara-gara keamanan di Jepangnya yang benar-benar tinggi. Sehingga orang tua tidak kudu risau dengan keamanan anak mereka.