Pendidikan Karakter Menurut Thomas Lackona

Apa itu Pendidikan Karakter?

Apa

Menurut penulis pendidikan Thomas Lackona, target pendidikan adalah untuk “membantu orang jadi pintar, dan menolong mereka jadi baik”. Sebagai pendidik, kita menggunakan lebih dari satu besar saat kita untuk memicu siswa kita lebih pintar. Kami juga mesti meluangkan saat untuk membuatnya lebih baik. Pendidikan karakter adalah proses dimana manusia studi berinteraksi bersama masyarakat, kebanyakan melalui pengajaran nilai-nilai inti layaknya keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan. Perasaan, pikiran, dan tindakan seutuhnya bekerja sama untuk membentuk karakter. Pendidikan karakter adalah tindakan mengajar siswa bagaimana menyesuaikan perasaan, pikiran dan tindakan selanjutnya ke didalam tabiat prososial.

Pendidikan Karakter mampu berbentuk kurikulum yang berdiri sendiri, atau mampu jadi anggota berasal dari inisiatif sekolah yang lebih besar, layaknya Intervensi dan Dukungan Perilaku Positif (PBIS). Tidak mengherankan, ini lebih efektif bila diintegrasikan ke didalam kurikulum akademik dan prakarsa sekolah lainnya. Pendidikan Karakter Support Level 1, bermakna mesti diberikan kepada semua siswa, bukan hanya mereka yang memperlihatkan kekurangan karakter. Namun, intervensi pendidikan karakter lebih lanjut barangkali diperlukan untuk lebih dari satu siswa.

Pentingnya Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sejak pernah memang penting, namun relevansinya berubah-ubah berasal dari saat ke waktu. Pada abad kedelapan belas, apakah para pemimpin negara baru kita mengerti bahwa demokrasi perlu warga negara yang berbudi luhur yang mampu mengfungsikan haknya secara bertanggung jawab. Karena mayoritas penduduk negara kita beragama Kristen Protestan, maka Alkitab jadi sumber utama pendidikan karakter. Pendidikan karakter diajarkan melalui lensa moralitas agama.

Karena lebih banyak imigran singgah berasal dari negara-negara mayoritas Katolik, kontroversi keluar tentang sumber materi yang pas untuk mengajarkan karakter yang baik. Di sinilah teks sekuler layaknya Pembaca McGuffey tawarkan instruksi berbasis nilai yang mampu diterapkan terhadap populasi yang lebih beragam.

Ketika orang Amerika mulai mempertanyakan struktur kekuasaan tradisional terhadap 1960-an, pendidikan karakter mengalami penurunan di sekolah-sekolah Amerika. Hal ini pada lain disebabkan oleh maraknya relativisme moral, penduduk yang lebih majemuk, dan kesalahpahaman bahwa mengajarkan karakter bermakna mengajarkan agama. Pada akhir 1970-an, pendidikan karakter direduksi jadi pengajaran keterampilan berpikir, daripada mengajarkan nilai-nilai spesifik kepada siswa.

Pada 1980-an, pendidikan karakter keluar kembali, berkat “perang melawan narkoba” dan permintaan untuk kurangi kekerasan. Sekali lagi, sekolah didorong untuk tawarkan instruksi segera didalam pendidikan karakter. Sejak itu, kita telah jadi lingkaran penuh untuk mendidik semua anak. Inisiatif Anak Seutuhnya mendorong pendidikan penutup yang mencukupi keperluan siswa untuk jadi “sehat, aman, terlibat, didukung, dan tertantang”.

Kurikulum pendidikan karakter saat ini lebih mengedepankan terhadap Social-Emotional Learning (SEL). Menurut The Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL), SEL adalah “proses untuk mampu mengidentifikasi dan mengelola emosi kita, memastikan dan raih target positif, merasakan dan memperlihatkan empati kepada orang lain, membangun dan pelihara pertalian yang positif, dan memicu ketetapan berdasarkan informasi. bertanggung jawab.” Sebagai pemimpin sekolah, kita mesti berupaya tawarkan pengembangan karakter sebagai anggota berasal dari pendekatan pembelajaran sosial-emosional yang dimaksudkan untuk semua anak.